Minggu, 28 Oktober 2012

Peran Bahasa Ibu dalam Membangun Kebudayaan Daerah

Oleh : Mahsun
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud
Pendahuluan
Ahli bahasa atau linguis mungkin akan merasa sangat puas tatkala menganalisis bahasa sebagai suatu sistem, di mana fungsi variabel-variabel linguistik tergantung pada gejala-gejala lingusitik lain, sehingga dia tidak perlu mencari penjelasan yang berada di luar bahasa untuk menyelesaikan masalah kebahasaan. Namun demikian, amatlah penting untuk disadari bahwa bahasa digunakan oleh manusia yang mejadi anggota masyarakat tertentu, yang masing-masing memiliki kebudayaan yang khas.
Ada kecenderungan bahwa para individu berbeda-beda dalam penggunaan bahasa. Oleh karena itu, Variabelvariabel sosial seperti kelas dan status orang yang berbicara juga mempengaruhi caranya menggunakan bahasa. Selain itu, orang memilih menggunakan kata-kata sedemikian rupa sehingga dapat menyampaikan sesuatu yang berarti, dan apa yang berarti dalam kebudayaan yang satu dapat berbeda dengan apa yang berarti dalam kebudayaan yang lain. Dalam kenyataannya, cara kita menggunakan bahasa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan kita.
Berdasarkan pengalamannya dalam menganalisis bahasa Indian Hopi, Edwar Sapir bersama muridnya Benyamin Lee Whorf mengembangkan suatu teori, yang terkenal dengan sebutan Sapir-Whorf Hyphothesis. Menurut teori ini, bahwa bahasa bukan sekadar cara memberi kode untuk proses menyuarakan gagasan dan kebutuhan manusia, tetapi lebih merupakan suatu pengaruh pembentuk yang melalui penyediaan galur-galur ungkapan yang mapan, yang menyebabkan orang melihat dunia dengan caracara tertentu, mengarahkan pikiran dan perilaku manusia. Dengan demikian, tak dapat disangkal lagi bahwa bahasa merupaka salah satu unsur kebudayaan yang sekaligus menjadi wadah serta pembentuk kebudayaan itu sendiri.
Bahasa Ibu dan Pembangunan Kebudayaan Daerah
Konsep kebudayaan daerah sering dipertentangkan dengan kebudayaan nasional. Namun, dengan tidak melibatkan diri dalam diskusi tentang kedua konsep kebudayaan yang dalam tatanan berbangsa dan bernegara sering dipertentangkan tersebut, karena yang satu menafikan keberadaan yang lain, maka konsep kebudaayaan daerah dalam tulisan ini mengacu pada kebudayaan yang terdapat pada sukubangsa-sukubangsa dalam suatu negara. Dengan kata lain, dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, kebudayaan daerah adalah kebudayaan yang dimiliki oleh sukubangsa-sukubangsa yang tersebar di seluruh wilayah RI, seperti kebudayaan Jawa, Bali, Sasak, Samawa, Mbojo, Sunda, Bugis dll.
Adapun kebudayaan itu sendiri merupakan seperangkat peraturan atau norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang kalau dilaksanakan oleh para anggotanya, melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima oleh seluruh anggota masyarakat tersebut (Haviland, 1999: 333). Dengan demikian, kebudayaan terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan, dan persepsi abstrak tentang jagat raya yang berada di balik, dan yang tercermin dalam perilaku manusia. Semua itu merupakan milik bersama para anggota masyarakat, dan apabila orang berbuat sesuai dengan itu, maka perilaku mereka dianggap dapat diterima di dalam masyarakat. Persoalannya mengapa kebudayaan itu harus ada? Orang memelihara kebudayaan untuk menangani masalah dan persoalan yang dihadapi. Agar lestari, kebudaayaan harus dapat memenuhi kebutuhankebutuhan pokok dari orang-orang yang hidup menurut peraturan-peraturannya, harus memelihara kelangsungan hidupnya sendiri, dan mengatur agar anggota masyarakat dapat hidup secara teratur.
Dalam hal ini, kebudayaan harus menemukan keseimbangan antara kepentingan pribadi masing-masing orang dan kebutuhan masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Karena itu pula, kebudayaan harus memiliki kemampuan untuk berubah agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan baru atau mengubah persepsinya tentang keadaan yang ada. Persoalannya, bagaimanakan kebudaayaan (daerah) itu dibangun melalui bahasa ibu ? Dengan kata lain, bagaimana bahasa ibu itu berperan dalam membangun kebudayaan daerah ?
Untuk artikel lengkapnya, unduh di sini.

Rabu, 23 Mei 2012

Ainun Mardiyah Ikuti OSN Tingkat Provinsi Sumut

Salah satu Siswi terbaik  SMP N 1 Batang Onang , Ainun Mardiyah, Kelas VIII-C,FISIKA  akan mengikuti OSN (Olimpiade Sains Nasional) tingkat provinsi Sumatera Utara 2012.Dia berhak ke tingkat Provinsi karena keluar sebagai Juara 1 OSN tingkat kabupaten Padang Lawas Utara.
Hal itu disampaikan Dikmenum Kabid Kurikulum Dinas Pendidikan Paluta,H. Munif hari ini,Rabu,23 Mei 2012 kepada Bendahara SMPN 1 Batang Onang.
Seperti dikabarkan sebelumnya,Empat Siswa/siswi SMP N 1 Batang Onang  mengikuti OSN (Olimpiade Sains Nasional) tingkat Kabupaten Padang Lawas Utara di Kantor Dinas Pendidikan Paluta Sabtu,5 Mei 2012.Keempat Siswa/siswi itu adalah sebagai berikut:

  1. Ainun Mardiyah, Kelas VIII-C,FISIKA
  2. Waju Paringa, Kelas VIII-D,IPS
  3. Indra Briska,Kelas VII-A,  Matematika
  4. Nurhiziriah,Kelas VIII-A ,  Biologi

Kamis, 03 Mei 2012

Empat Siswa SMPN 1 Batang Onang Ikuti OSN


Empat Siswa/siswi SMP N 1 Batang Onang akan mengikuti OSN (Olimpiade Sains Nasional) tingkat Kabupaten Padang Lawas Utara di Kantor Dinas Pendidikan Paluta Sabtu,5 Mei 2012.Keempat Siswa/siswi itu adalah sebagai berikut:
  1. Ainun Mardiyah, Kelas VIII-C,FISIKA
  2. Waju Paringa, Kelas VIII-D,IPS
  3. Indra Briska,Kelas VII-A,  Matematika
  4. Nurhiziriah,Kelas VIII-A ,  Biologi

Ibunda tercinta dari Bapak Zamril Tutup Usia

Smpn 1 Batang Onang kembali berduka cita.Kabar duka Kali ini datang dari Ibunda Bapak  Zamril Tanjung,Guru IPA.Ibunda tercinta dari Bapak Zamril  menghembuskan nafas yang terakhir pada Hari Jumat,21 April 2012 di Lima puluh Kota,Sumatera Barat.
KELUARGA BESAR SMPN 1 BATANG ONANG TURUT BERDUKA CITA YANG SEDAM-DALAMNYA ATAS BERPULANGNYA KE RAHMATULLAH IBUNDA DARI BAPAK ZAMRIL TANJUNG,SEMOGA ALMARHUMAH MENDAPATKAN TEMPAT TERBAIK DI SISINYA DAN KEPADA KELUARGA YANG DITINGGALKAN TABAH MENGHADAPI MUSIBAH INI,AMIN.

Selasa, 21 Februari 2012

CONTOH SOAL UJI KOMPETENSI GURU

PREDIKSI SOAL UJI KOMPETENSI GURU
kompetensi :pedagogik


1 SCL adalah salah satu inovasi di bidang pendidikan yang bercirikan: 

a. Menekankan transfer pengetahuan dari guru ke siswa, 
b. Lebih menekankan pada penguasaan materi, 
c. Penekanan pada pencapaian kompetensi, 
d. Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan secara terpisah, 
e. Penekanan pada ketuntasan materi pelajaran.